Barometer Online Sumut - Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Tasikmalaya, Heru Saptaji mengaku pihaknya menyesalkan masih adanya penimbunan uang palsu di tengah masa sulit ekonomi masyarakat saat pandemi Corona.
BI pun menghargai kinerja Polres Tasikmalaya yang berhasil mengungkap kasus kepemilikan uang palsu oleh para pencari paranormal pengubah uang saat menjelang Lebaran.
“Kita sayangkan masih adanya penimbunan uang palsu. Saat adanya akibat himpitan ekonomi masih ditemukan kasus ini,” jelas Heru kepada wartawan saat press rilis di Mako Polres Tasikmalaya, Rabu (13/5/2020).
“Kami apresiasi kepada jajaran Polres Kabupaten Tasikmalaya yang berhasil sejak dini mampu meminimalisasi peredaran uang palsu menjelang Lebaran menindak uang palsu.”
Heru pun mengaku selama ini BI terus berkoordinasi dengan Polres Tasikmalaya mengenai kasus temuan uang palsu yang hendak diselundupkan oleh para pencari paranormal pengubah uang.
Pihaknya langsung melakukan uji analisis terkait keaslian uang palsu tersebut secara terperinci.
Hasil analisa BI Tasikmalaya, lanjut Heru, pihaknya tidak menemukan adanya barang bukti ciri keaslian pada uang rupiah palsu tersebut.
“Hasil analisis barang bukti uang yang diduga palsu ini tak memiliki keaslian. Kualitas hasil cetak tak ada security sistem atau tidak ada cetak timbul. Kedua, tidak adanya security logo Bank Indonesia yang tidak mengisi,” ungkap Heru.
Secara fisik pun, tambah Heru, dari hasil penyelidikan menyimpulkan bahan uang ini dari kertas biasa dan tidak sama dengan bahan uang asli yang selama ini berasal dari serat kapas.
Ciri-ciri ini pun diharapkan akan memberikan masukan tambahan atas pemahaman bagi masyarakat terkait perbedaan antara uang palsu dan asli.
Sehingga, penekanan peredaran uang palsu di masyarakat terus bisa ditingkatkan karena tingginya pengetahuan masyarakat menyangkut ciri-ciri uang asli dan palsu.
“Saya harap kontrol sosial ke masyarakat supaya semakin tahu dan mengetahui uang asli atau palsu. Kontrol sosial sangat penting, dan selama beberapa tahun ke belakang sekarang peredaran uang palsu di masyarakat cenderung menurun,” pungkasnya.
Sebelumnya, Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Tasikmalaya berhasil mengungkap tujuan para tersangka membawa 29.600 lembar uang palsu pecahan Rp 100.000 dari Jakarta ke wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
Mereka khusus datang dari kota besar ke Tasikmalaya demi mencari dukun atau paranormal yang diyakini sanggup merubah uang palsu menjadi uang asli.
“Motif para tersangka membawa uang palsu sebanyak ini ke Tasikmalaya mengaku untuk mencari paranomal. Mereka meyakini mendapatkan informasi bahwa di Tasikmalaya ada paranormal yang bisa merubah uang palsu menjadi uang asli,” terang Kepala Polres Tasikmalaya AKBP Hendria Lesmana kepada wartawan di kantornya. (red)
BI pun menghargai kinerja Polres Tasikmalaya yang berhasil mengungkap kasus kepemilikan uang palsu oleh para pencari paranormal pengubah uang saat menjelang Lebaran.
“Kita sayangkan masih adanya penimbunan uang palsu. Saat adanya akibat himpitan ekonomi masih ditemukan kasus ini,” jelas Heru kepada wartawan saat press rilis di Mako Polres Tasikmalaya, Rabu (13/5/2020).
“Kami apresiasi kepada jajaran Polres Kabupaten Tasikmalaya yang berhasil sejak dini mampu meminimalisasi peredaran uang palsu menjelang Lebaran menindak uang palsu.”
Heru pun mengaku selama ini BI terus berkoordinasi dengan Polres Tasikmalaya mengenai kasus temuan uang palsu yang hendak diselundupkan oleh para pencari paranormal pengubah uang.
Pihaknya langsung melakukan uji analisis terkait keaslian uang palsu tersebut secara terperinci.
Hasil analisa BI Tasikmalaya, lanjut Heru, pihaknya tidak menemukan adanya barang bukti ciri keaslian pada uang rupiah palsu tersebut.
“Hasil analisis barang bukti uang yang diduga palsu ini tak memiliki keaslian. Kualitas hasil cetak tak ada security sistem atau tidak ada cetak timbul. Kedua, tidak adanya security logo Bank Indonesia yang tidak mengisi,” ungkap Heru.
Secara fisik pun, tambah Heru, dari hasil penyelidikan menyimpulkan bahan uang ini dari kertas biasa dan tidak sama dengan bahan uang asli yang selama ini berasal dari serat kapas.
Ciri-ciri ini pun diharapkan akan memberikan masukan tambahan atas pemahaman bagi masyarakat terkait perbedaan antara uang palsu dan asli.
Sehingga, penekanan peredaran uang palsu di masyarakat terus bisa ditingkatkan karena tingginya pengetahuan masyarakat menyangkut ciri-ciri uang asli dan palsu.
“Saya harap kontrol sosial ke masyarakat supaya semakin tahu dan mengetahui uang asli atau palsu. Kontrol sosial sangat penting, dan selama beberapa tahun ke belakang sekarang peredaran uang palsu di masyarakat cenderung menurun,” pungkasnya.
Sebelumnya, Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Tasikmalaya berhasil mengungkap tujuan para tersangka membawa 29.600 lembar uang palsu pecahan Rp 100.000 dari Jakarta ke wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
Mereka khusus datang dari kota besar ke Tasikmalaya demi mencari dukun atau paranormal yang diyakini sanggup merubah uang palsu menjadi uang asli.
“Motif para tersangka membawa uang palsu sebanyak ini ke Tasikmalaya mengaku untuk mencari paranomal. Mereka meyakini mendapatkan informasi bahwa di Tasikmalaya ada paranormal yang bisa merubah uang palsu menjadi uang asli,” terang Kepala Polres Tasikmalaya AKBP Hendria Lesmana kepada wartawan di kantornya. (red)