“Sebagai pemimpin, minimal pemimpin bagi diri kita sendiri harus mampu menyikapi perkembangan lingkungan strategis dengan bijak dan smart melalui Indeks Persepsi Korupsi (IPK), algoritma medsos, artificial intelligence, smart dan netral ditahun politik. Persepsi korupsi harus kita perbaiki. Kita semua ini ada adalah pemimpin. Mari kita jaga marwah institusi ini sampai akhir pengabdian kita,” tegas Andap.Disebutkan bahwa yang menjadi tugas utama jajaran yakni sebagai pelayanan publik yang baik. “Kita punya sistem pengendalian internal dan eksternal. Anda merespon cepat untuk menindaklanjuti sebagaimana tata nilai kita. “Salam pembaharuan” pembaharuan ini adalah jiwa kita. Kita harus professional, akuntabel dan transparan,” lanjutnya.
Sementara algoritma medsos dimaksudkan agar jajaran jangan sampai terjebak pada penggiringan opini publik. Karena tugas yang seharusnya adalah mempublikasikan kinerja serta prestasi dengan strategi yang masif dan ofensif. Ini juga sejalan dengan Artificial intelligence. Di era distrubsi saat ini, jajaran dituntut bekerja cepat sehingga harus selalu melakukan update data. Sebagai Insan Pengayoman, setiap pegawai harus mampu mengubah kemampuan analisis sehingga memperbaharui performa kerja.
“Smart dan netral ditahun politik ini, baik sikap kita, pandangan kita, gesture kita jangan sampai nanti digiring. Kita harus punya langkah netral, kita harus solid sebagai warga Indonesia. Saya harap juga harus dapat memonitor perkembangan situasi,” tambahnya.
Atas setiap prestasi yang berhasil dicapai Kementerian Hukum dan HAM, Andap juga menyampaikan apresiasi dari Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly. “Semua pencapaian tidak akan berhasil diraih tanpa kinerja yang terbaik dari seluruh jajaran. Jadikan ini sebagai habit kita. Sebagai atasan, cek dan ricek. Pak menteri juga mengapresiasi kinerja rekan-rekan secara keseluruhan atas kontribusinya. Ingat, mempertahankan keberhasilan akan jauh lebih sulit daripada meraihnya,” kata Andap.(JN)