"Setiap petugas penyelenggaran Pemilu baik itu Bawaslu,KPU dan yang lainnya wajib memiliki tanda pengenal diri dari institusi yang bersangkutan dan identitas atau ID Card itu wajib dipegang dalam setiap melaksanakan tugas sehingga orang tahu yang bersangkutan benar sebagai petugas," kata Dr Badikenita Sitepu SE, SH M.Si menjawab soal adanya keributan yang mengaitkan relawan Calon DPD RI Dapil Sumatera Utara Dr Badikenita Sitepu SE SH.M.Si, Senin (15/1).
Sebagai wakil rakyat, aku satu-satunya perempuan Calon DPD RI Dapil Kabupaten/kota se Sumatera Utara no urut 4 pada Pemilu 2024 itu, dirinya tidak mentolerir jika ada anggotanya atau tim sukses maupun relawan yang melanggar hukum.
Namun perlu disikapi, sambung anggota Komite I dan II DPD RI Tahun 2019 s/d 2021 itu, tidak tertutup kemungkinan bisa terjadi gesekan dilapangan bila petugas dilapangan tidak mengantongi identitas diri dari instansi bersangkutan.
Terkait keributan di Jalan Jamin Ginting Pasar I – Jalan Harmonika, Kelurahan Titi Rantai, Sabtu malam 13 Januari 2024 sekitar pukul 20.30 WIB yang disebut-sebut relawan dengan anggota Panitia Panwaslu Kec Medan Baru, anggota DPD RI Dapil Sumut Tahun 2019 s/d 2024 itu mengatakan tidak mengetahui siapa yang dituduh Annur Raja Napator Siregar sebagai pelaku.
"Tim relawan saya mengaku tidak ada yang melakukannya. Yah pada saat itu orangnya ramai berhubung kita ada melakukan kegiatan lomba vocal Solo audisi Kab Karo memperebutkan hadiah Dr.Badikenita Sitepu. Jangan asal menuduh dong," ungkap alumni Fakultas ilmu ekonomi (S1) dan paska sarjana (S2) USU itu.
Lulusan doktor termuda fakultas ilmu ekonomi dan bisnis Universitas Indonesia (UI) tahun 2013 itu menjelaskan, ketika terjadi keributan diluar dirinya datang.
"Saya dapat laporan kalau pria yang mengaku bernama Annur Raja Siregar datang lalu memoto-moto lokasi dan kegiatan. Karena gayanya mencurigakan sehingga ada panitia yang bertanya lalu dia mengaku anggota Panwascam, sehingga panitia tadi meminta identitas sebagai anggota Panwas namun tidak dapat diperlihatkan. Bahkan KTP tidak dapat ditunjukkan. Tentu panitia curiga dan menarik yang bersangkutan keluar, karena bisa saja ada modus baru mengalihkan perhatian apalagi kasus pencurian kenderaan kerap terjadi. Tapi justru yang bersangkutan melawan dan menyuruh panitia mempertanyakan ke kantornya," ujar Ketua Umum DPP PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia) itu menambahkan, keterangan yang bersangkutan di kepolisian tidak sesuai dengan yang sebenarnya dilapangan.
"Katanya hp nya dirampas dan dikeroyok, tapi dia tidak dapat menunjukkan siapa yang merampas. Orang rame dilokasi jangan asal tuduh pelakunya panitia," ujar Ketua Panitia Perancang Undang-undang DPD RI tahun 2020 s/d 2022 itu.
Presidium Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPPRI) tahun 2020-2024 itu mengaku telah menjelaskan kejadian sesuai kronologi yang sebenarnya dilapangan.
Pengurus Pusat Koalisi Kependudukan dan Pembangunan Indonesia itu menduga ada muatan lain dibalik dari keributan itu. "Mudah - mudahan tidak benar ya, tapi saya jadi curiga ada sesuatu dibalik kejadian itu karena sebelumnya ada oknum - oknum yang berusaha mencari- cari kesalahan saya dan tim relawan bahkan memancing keributan untuk merusak elektabilitas saya dilapangan," imbuh Lulusan Terbaik Program Pendidikan Reguler Angkatan XLV 2010 LEMHANAS RI (Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia), istri Anggara Soaduon Simanjuntak tersebut.
Sementara itu, Annur Raja Napator Siregar (33) yang mengaku anggota Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwascam) Medan Baru, kepada wartawan di RS Bhayangkara Medan, Minggu (14/1) mengaku dikeroyok tim salah satu calon anggota DPD RI 2019-2024 di Jalan Jamin Ginting Pasar I – Jalan Harmonika, Kelurahan Titi Rantai, Sabtu 13 Januari 2024 sekitar pukul 20.30 WIB.
Annur mengaku,dirinya menerima informasi dari warga soal adanya kegiatan kampanye di salah satu tempat yang dipasang spanduk calon anggota DPD RI, Badikenita Sitepu di Jalan Jamin Ginting Pasar I.
“Dari laporan warga, saya datang ke lokasi. Sewaktu di lokasi, ada keramaian di rumah yang ada baliho gambar caleg itu,” kata Annur..
Annur lalu memperkenalkan diri sebagai anggota Panwascam Medan Baru. Namun saat itu kebetulan dia tidak memakai atribut lantaran hanya ingin mengecek laporan warga tersebut.
“Saya bilang, izin saya Panwascam Medan baru mengonfirmasi saja kegiatan ini,” bilangnya.
Lantas, ada seseorang yang mengatakan bahwa di lokasi itu tidak ada acara apa-apa, hanya acara lomba. Pun begitu, dia mencoba mengambil dokumentasi di lokasi tersebut dengan menggunakan ponselnya.
Akan tetapi, sejumlah pria diduga tim calon DPD RI tersebut melarangnya mengambil dokumentasi dan menyuruh untuk menghapusnya.
“Jadi, saya sambil berdiri sambil dokumentasi. Tapi, mereka tidak terima. Mereka bilang ngapain dokumentasi-dokumentasi, hapus itu hapus.
Saya lalu menjelaskan kembali bahwa saya pengawas, jadi untuk dokumentasi saja. Namun mereka tidak terima dan hp (handphone) saya dirampas. Bahkan sampai sekarang masih ditahan mereka,” terang Annur.
Setelah itu, Annur dipiting dan dihajar oleh sejumlah pria. Tak berapa lama, sebutnya, Badikenita Sitepu datang dan menanyakan kedatangan dirinya.
“Ibu itu (Badikenita Sitepu) datang dan dia bilang, dia penanggung jawab di sini. Lalu dia mempertanyakan saya siapa?
Saya jawab,saya Panwascam (Medan Baru) Bu, kantor kami di belakang sini. Kalau tidak percaya, kita bisa ke sana saya bilang. Setelah itu, ibu itu pergi,” jelas Annur.
Singkat cerita, sejumlah pria datang menemui Annur dan langsung memitingnya. Selanjutnya, korban dibawa menjauh dari lokasi dan langsung dikeroyok.
“Timnya datang beberapa orang piting saya dan membawa saya dari ke Pasar 1 (Jalan Harmonika). Kemudian, saya dikeroyok oleh beberapa orang. Saya ditendang, dipukul dan sampai jatuh ke tanah. Saya juga diintimidasi dan dinjak-injak kurang lebih tujuh orang,” ungkapnya.
Kasus itupun dilaporkannya ke Polsek Medan Baru.(***)