Di ruang belajar yang sederhana namun penuh makna, para santri dengan serius mengerjakan soal-soal ujian tulis. Mereka menunjukkan dedikasi tinggi dalam mengejar ilmu, meski berada di balik dinding penjara. "Ini adalah peluang emas bagi kami untuk terus belajar dan memperbaiki diri, meskipun kami berada dalam situasi yang sulit," ujar salah seorang santri dengan penuh harapan.
Ujian lisan dilaksanakan dengan metode tanya jawab, di mana para santri menjawab pertanyaan dari pengajar. Mereka berbicara dengan percaya diri, menunjukkan pemahaman mendalam atas materi yang telah dipelajari. "Kami belajar tidak hanya untuk memperoleh nilai, tetapi untuk masa depan yang lebih baik setelah kami bebas nanti," tambah seorang santri lainnya.
Di bagian praktek, para santri memperlihatkan kemampuan mereka dalam membaca Al-Qur'an dan melaksanakan tata cara ibadah yang mereka pelajari selama ini di Pondok Pesantren. Setiap langkah dan gerakan dipantau dengan teliti oleh para pengajar dan pembina, memastikan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik dan benar.
Pembina Mesjid Nurul Iman Rutan Cipinang, Husni Mubarok menyampaikan bahwa ada sekitar 31 santri yang mengikuti ujian ini. Mereka telah membuktikan bahwa semangat untuk belajar dan berkembang bisa terus hidup, meski di dalam penjara. “Program pendidikan ini merupakan langkah penting dalam memberikan harapan dan kesempatan baru bagi para santri untuk terus berkembang dan memperbaiki diri,” ucapnya
Sementara itu ditempat yang berbeda, Kepala Sub Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan Tahanan, Dani Diyanulhaq mengatakan ujian hari ini tidak hanya sekadar evaluasi akademis, tetapi juga bentuk komitmen Rutan Cipinang dalam memberikan pendidikan yang berkualitas kepada para warga binaan. "Kami berharap melalui pendidikan ini, mereka tidak hanya mengasah kemampuan akademis, tetapi juga menemukan semangat baru untuk memperbaiki diri dan membangun masa depan yang lebih baik," tutup dani.(JN)