Program budidaya hidroponik di Lapas Perempuan Medan sebagai bagian dari upaya untuk memberikan keterampilan kepada para WBP sekaligus untuk menciptakan lapangan kerja di dalam Lapas. Hidroponik dipilih sebagai metode bertani yang cocok dengan keterbatasan lahan yang ada di Lapas Perempuan Medan. Dengan sistem tanam tanpa tanah ini, para WBP dapat menanam berbagai jenis tanaman dengan memanfaatkan air yang telah diberi nutrisi, tanpa membutuhkan banyak ruang dan tanah.
Kepala Lapas Perempuan Medan, Agustinawati Nainggolan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya pembinaan keterampilan yang produktif dan bermanfaat bagi warga binaan. "Selain memberikan pelatihan keterampilan baru, budidaya hidroponik ini juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan sekitar dan meningkatkan kesejahteraan warga binaan dengan hasil panen yang bisa dimanfaatkan," ujar Agustina.
Hasil panen packoy ini tidak hanya dinikmati oleh warga binaan di Lapas Perempuan Medan, tetapi juga dijual. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi lembaga pemasyarakatan lainnya dalam mengembangkan kegiatan yang produktif dan bermanfaat.
Program pertanian hidroponik ini juga menjadi bagian dari program pembinaan kemandirian bagi WBP, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap Lapas serta mempersiapkan mereka untuk lebih siap beradaptasi dengan kehidupan di luar setelah menjalani masa pembinaan.(JN)